19 April 2025
Turki memulai operasi militer di Kobani

Ahli Warta – Pada Selasa (17/12), Tentara Nasional Suriah (SNA), yang didukung oleh Turki, mengumumkan dimulainya operasi militer terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin oleh kelompok Kurdi di kota Kobani, Suriah utara. Operasi ini menandakan eskalasi ketegangan di kawasan tersebut, di tengah pengerahan pasukan Turki di sepanjang perbatasan Suriah. Persiapan ini menunjukkan kemungkinan invasi bersama antara Turki dan pasukan proksinya, SNA, ke wilayah yang dikuasai oleh kelompok Kurdi.

Militer Turki telah menguatkan kehadirannya di perbatasan, membangun penghalang beton antara Kobani dan Turki. Pesawat tempur Turki juga terlihat terbang di atas kota tersebut, menunjukkan intensifikasi persiapan militer. Menurut laporan The Wall Street Journal, pengerahan pasukan ini bertujuan untuk mendukung invasi lintas perbatasan yang mungkin segera dilaksanakan.

Pasukan SNA dan tentara Turki, yang dilengkapi dengan artileri besar, kini terkonsentrasi di sekitar Kobani, sebuah kota mayoritas Kurdi yang terletak di perbatasan utara Suriah dengan Turki. Keberadaan pasukan Turki di kawasan tersebut semakin menguat setelah dua pekan lalu, ketika kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah dan merebut ibu kota Damaskus.

Kehadiran pasukan Kurdi di Suriah utara dimulai pada tahun 2012, ketika kelompok Unit Perlindungan Rakyat (YPG) mulai menguasai wilayah mayoritas Kurdi setelah pecahnya perang pada 2011. Turki selama ini berusaha mencegah pembentukan wilayah Kurdi yang berdekatan di sepanjang perbatasan selatan mereka. Untuk mencegah hal ini, Turki telah melakukan beberapa kali serangan terhadap wilayah Suriah utara, termasuk mendukung kelompok ISIS di masa lalu.

Turki merasa terancam dengan kekuatan yang tumbuh dari kelompok Kurdi di wilayah Suriah, yang berpotensi membentuk sebuah negara atau wilayah terpisah yang dekat dengan perbatasannya. Oleh karena itu, Turki telah mengerahkan pasukan di berbagai titik strategis di sepanjang perbatasan Suriah dari Afrin di barat laut hingga Kobani di tengah utara dan Hasaka di timur laut.

Operasi ini juga terkait erat dengan pengaruh militer AS di wilayah tersebut. Militer AS telah bekerja sama dengan kelompok YPG untuk membentuk Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pada tahun 2015. Dalam kerjasama ini, AS dan SDF berhasil menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di luar kontrol Kurdi, termasuk wilayah Arab Sunni yang kaya akan ladang minyak dan penghasil gandum.

Pejabat AS mengungkapkan kekhawatirannya tentang potensi invasi Turki yang dapat merusak stabilitas kawasan. Mereka juga memperingatkan bahwa invasi ini bisa mengarah pada eskalasi yang lebih besar, mengingat dampaknya terhadap hubungan internasional dan stabilitas Suriah.

Ilham Ahmed, seorang pejabat Kurdi, mengirimkan surat kepada Presiden AS terpilih, Donald Trump, meminta agar invasi Turki dihentikan. Dalam suratnya, Ahmed menegaskan bahwa tujuan Turki adalah untuk “menguasai wilayah Kurdi sebelum Trump menjabat, dan memaksa AS terlibat dengan mereka sebagai penguasa wilayah.” Ia memperingatkan bahwa jika Turki terus melancarkan invasi, hasilnya bisa menjadi “bencana besar.”

Situasi di Kobani dan wilayah Suriah utara kini semakin membingungkan, dengan banyak pihak yang terlibat dalam ketegangan ini. Keputusan Turki untuk mengerahkan pasukan dan memulai operasi militer di kawasan ini menunjukkan bahwa ketegangan antara berbagai kelompok di Suriah masih jauh dari selesai. Dunia kini menunggu langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Turki, AS, dan negara-negara lain untuk meredakan krisis ini.

Bagi Suriah, keberlanjutan perang yang terus berlanjut di wilayah utara semakin memperburuk keadaan, mengingat dampak kemanusiaan yang besar serta tantangan dalam membangun kembali negara pasca-perang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *