20 April 2025
Temuan 37 kerangka manusia di Somerset

Ahli Warta – Para arkeolog di Somerset, Inggris, baru-baru ini menemukan bukti mengerikan yang mengungkap peristiwa pembantaian dan kanibalisme yang terjadi sekitar 4000 tahun lalu. Temuan ini datang dari 37 kerangka manusia yang ditemukan di terowongan batu kapur alami yang terletak di Charterhouse Warren, Somerset, Inggris, pada 1970-an. Di dalam terowongan tersebut, lebih dari 3.000 fragmen tulang ditemukan, yang mengungkapkan kisah mengerikan tentang masa lalu.

Rick Schulting, seorang ahli arkeologi dari Universitas Oxford, bersama dengan timnya, menganalisis temuan ini dan menyatakan bahwa setidaknya 37 individu, yang berusia mulai dari bayi baru lahir hingga orang dewasa, ditemukan di terowongan tersebut. Berdasarkan penanggalan radiokarbon, diperkirakan mereka meninggal sekitar Zaman Perunggu Awal, sekitar 2200 hingga 2000 SM. Temuan ini menjadi bukti nyata tentang kekerasan dan praktik kanibalisme yang terjadi pada masa itu.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Antiquity, tim peneliti mengungkapkan bahwa sekitar 30 persen tengkorak dari jasad yang ditemukan menunjukkan tanda-tanda retakan pada saat kematian, yang mengindikasikan bahwa banyak dari korban ini mengalami kekerasan ekstrem saat dibunuh. Sebagian besar tulang-tulang yang ditemukan juga menunjukkan adanya bekas luka yang dibuat menggunakan peralatan batu. Pada salah satu tengkorak, ditemukan bekas sayatan pada bagian depan yang menunjukkan bahwa kepala korban kemungkinan telah dikuliti. Begitu pula dengan bekas sayatan pada rahang bawah yang mengindikasikan bahwa lidah korban dicabut.

Tulang-tulang rusuk juga menunjukkan adanya luka yang kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran isi perut korban. Selain itu, beberapa tulang tangan dan kaki kecil terlihat patah, yang menunjukkan kebiasaan pengunyahan tubuh manusia—praktik yang mengarah pada kanibalisme. Bahkan, ada sekitar enam individu yang menunjukkan bekas luka pada ruas tulang leher mereka, yang memperlihatkan kemungkinan adanya pemenggalan kepala.

Salah satu temuan yang paling mencolok adalah fakta bahwa hampir setengah dari korban merupakan anak-anak. Temuan ini menunjukkan bahwa peristiwa pembantaian tersebut mungkin melibatkan seluruh komunitas, yang kemungkinan dimusnahkan dalam satu peristiwa brutal yang mengerikan.

Namun, meskipun bukti kanibalisme pada Zaman Perunggu ini sangat jarang ditemukan, tim peneliti tidak dapat memastikan alasan pasti di balik pembunuhan massal dan praktik kanibalisme ini. Schulting menyatakan bahwa jika praktik ini memang umum pada zaman tersebut, bukti serupa seharusnya dapat ditemukan di situs arkeologi lain. “Jika ini adalah sesuatu yang ‘normal’, Anda akan menemukan bukti serupa di tempat lain,” katanya. Tim arkeolog ini telah mengumpulkan ratusan kerangka dari masa tersebut, namun tidak ada yang menunjukkan bukti kekerasan atau kanibalisme seperti yang ditemukan di situs ini.

Schulting dan tim penelitinya menduga bahwa tujuan dari pembantaian massal ini kemungkinan besar bukan hanya untuk membasmi kelompok tersebut atau sebagai tindakan balas dendam. Namun, tanpa bukti lebih lanjut, mereka masih belum dapat menjelaskan dengan pasti motivasi di balik peristiwa tersebut.

Penemuan ini menambah pemahaman kita tentang kehidupan di Zaman Perunggu, yang jauh lebih gelap dari yang pernah kita bayangkan sebelumnya. Hingga saat ini, motif dan konteks dari peristiwa ini masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab, namun temuan ini menjadi bukti penting tentang praktik kekerasan ekstrem yang terjadi pada masa lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *