30 April 2025
Insiden Grafiti Rasis di Sefton, Sydney: Tantangan bagi Multikulturalisme Australia

https://www.merdeka.com

Ahli Warta – Pada Minggu (15/12), polisi Australia menemukan grafiti yang sangat ofensif dan merendahkan Islam di bawah jembatan di Sefton, pinggiran Sydney. Insiden ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah dan komunitas, karena Sefton dikenal sebagai kawasan dengan mayoritas penduduk Muslim. Sekitar sepertiga dari total populasi Sefton memeluk agama Islam, yang membuat insiden ini semakin sensitif dan memunculkan perasaan kecewa di kalangan komunitas tersebut.

Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Chris Minns, mengutuk tindakan ini dengan keras, menyebut rasisme dan Islamofobia sebagai hal yang sangat merusak tatanan multikulturalisme di Australia. Menurutnya, insiden tersebut sangat menjijikkan dan tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh negara ini. “Rasisme dan Islamofobia ini menjijikkan dan merusak tatanan multikulturalisme,” tegas Minns.

Selain itu, Jason Clare, Menteri Pendidikan Federal Australia, juga menyoroti pentingnya memerangi semua bentuk rasisme, termasuk Islamofobia. Dalam pernyataannya, Clare mengatakan, “Kita perlu mengutuk hal ini dan segala bentuk rasisme di seluruh penjuru negara ini.” Pernyataan ini mencerminkan solidaritas pemerintah terhadap komunitas Muslim yang merasa terancam oleh tindakan kebencian ini.

Kelompok-kelompok Yahudi di Australia pun menyatakan penolakan mereka terhadap insiden tersebut. Mereka menyebutkan bahwa kebencian yang ditujukan kepada satu kelompok dapat berakibat pada terciptanya ketegangan sosial yang lebih besar, yang merugikan seluruh masyarakat. Dalam konteks ini, pemimpin-pemimpin Muslim di Australia juga menegaskan bahwa kejahatan rasial yang sering menargetkan komunitas Islam seringkali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari politisi.

Gamal Kheir, sekretaris Asosiasi Muslim Lebanon, mengungkapkan keprihatinannya melalui pernyataan kepada Australian Broadcasting Corp. pada Senin (16/12). Kheir menyatakan bahwa insiden tersebut bukan hanya tentang kebencian terhadap Islam, tetapi juga merupakan bagian dari masalah yang lebih besar, yaitu antisemitisme dan rasisme secara umum. “Ada elemen rasis yang mendasarinya, baik itu antisemitisme, Islamofobia, atau bentuk rasisme lainnya, yang tidak ditangani,” katanya, sambil menyerukan kepada pemerintah untuk tidak membiarkan isu ini menjadi permainan politik dan segera mencari solusi.

Polisi Australia juga tengah menyelidiki insiden lain yang terkait dengan kebencian, yaitu serangan antisemit yang terjadi baru-baru ini. Sebuah kendaraan dibakar dan berbagai properti dirusak dengan coretan anti-Israel di Sydney. Insiden ini menambah ketegangan yang sudah ada di masyarakat, terutama berkaitan dengan isu-isu agama dan ras.

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, merespons dengan membentuk satuan tugas baru untuk menangani kejahatan antisemit, setelah serangan pembakaran yang terjadi di sebuah sinagoga di Melbourne, yang dianggap sebagai potensi serangan teror. Langkah ini diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan di masyarakat yang semakin meningkat.

Peningkatan kejahatan rasial di Australia telah menjadi perhatian utama pemerintah sejak terjadinya konflik Israel-Gaza pada Oktober 2023. Banyak kelompok masyarakat, baik Muslim maupun Yahudi, melaporkan peningkatan pelecehan rasial yang ditujukan kepada mereka, menciptakan atmosfer ketegangan yang meresahkan.

Polisi masih melakukan penyelidikan terhadap insiden grafiti anti-Islam di Sefton, dan masyarakat berharap agar pihak berwenang segera mengungkap pelaku dan mengambil tindakan yang tepat. Langkah-langkah tegas terhadap kebencian dan diskriminasi diharapkan dapat memastikan bahwa Australia tetap menjadi negara yang mendukung kerukunan dan multikulturalisme, di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang agama atau ras, dapat hidup dalam damai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *