
Smber: antaranews.com
Ahli Warta – Pemerintah dan militer Yaman mengeluarkan kecaman keras terhadap serangan yang dilancarkan oleh Amerika Serikat ke wilayah mereka. Serangan yang terjadi di beberapa provinsi utama, termasuk ibu kota Sana’a, dinilai sebagai tindakan agresi yang mendukung kepentingan Israel di kawasan. Militer Yaman menyatakan bahwa mereka tidak akan tinggal diam dan telah berjanji akan memberikan balasan yang menyakitkan kepada pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kecaman ini muncul pada hari Minggu, sehari setelah Amerika Serikat melakukan serangan udara dan laut di berbagai wilayah, termasuk Sa’ada, Dhamar, Hajjah, dan al-Bayda. Serangan ini mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar, dengan setidaknya 31 orang tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan militer yang diperintahkan oleh Presiden AS, Donald Trump, menargetkan berbagai infrastruktur serta pemukiman penduduk. Pemerintah Yaman menganggap bahwa tindakan ini mencerminkan kegagalan Amerika Serikat dalam menghadapi konfrontasi langsung, dan menegaskan bahwa agresi semacam ini tidak akan menghentikan rakyat Yaman untuk terus mendukung perjuangan Palestina di Gaza. Sebaliknya, tindakan tersebut justru semakin memperkuat semangat perlawanan mereka.
Dewan Politik Tertinggi Yaman juga memberikan pernyataan resmi mengenai serangan ini. Mereka menegaskan bahwa serangan terhadap warga sipil menunjukkan ketidakmampuan Amerika Serikat dalam memenangkan konflik dengan cara yang lebih bermartabat. Dewan tersebut menyampaikan bahwa rakyat Yaman tidak akan terintimidasi oleh serangan militer AS dan justru akan meningkatkan eskalasi perlawanan.
Dalam pernyataan yang disampaikan, pihak Yaman menegaskan bahwa setiap agresi yang dilakukan terhadap negara mereka tidak akan dibiarkan tanpa konsekuensi. Hukuman bagi mereka yang melakukan tindakan melawan Yaman akan diberikan dengan cara yang profesional dan menyakitkan, sebagai bentuk perlawanan atas tindakan yang dianggap sebagai kejahatan perang tersebut.
Serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat ini didasarkan pada janji Yaman untuk menargetkan kapal-kapal yang memiliki keterkaitan dengan Israel yang melintasi perairan Laut Merah dan Laut Arab. Yaman menilai bahwa blokade Israel terhadap Jalur Gaza merupakan tindakan yang tidak dapat diterima, dan sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, mereka berkomitmen untuk menindak kapal-kapal yang dianggap mendukung kepentingan Israel di kawasan tersebut.
Pada Sabtu malam, serangan udara yang dilakukan oleh AS menghantam beberapa titik strategis di Yaman. Saluran TV Al-Masirah, yang berbasis di Yaman, melaporkan bahwa beberapa serangan udara menyasar lingkungan permukiman di wilayah utara ibu kota Sana’a. Beberapa bangunan hancur dan banyak warga sipil yang menjadi korban akibat serangan tersebut.
Ketegangan di kawasan ini terus meningkat seiring dengan respons Yaman terhadap kebijakan AS dan Israel. Serangan yang dilakukan oleh AS hanya memperparah situasi dan memicu kemarahan di kalangan masyarakat Yaman. Banyak pihak yang menilai bahwa langkah militer AS justru memperburuk konflik dan semakin memperpanjang penderitaan rakyat sipil di kawasan tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, situasi di Timur Tengah terus memanas, dengan berbagai aksi militer yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Yaman, yang selama ini menghadapi perang saudara yang berkepanjangan, kini juga harus menghadapi serangan dari kekuatan militer terbesar di dunia.
Meski menghadapi tekanan militer yang besar, rakyat dan militer Yaman tetap teguh dalam pendiriannya. Mereka menegaskan bahwa tidak ada ancaman atau serangan yang akan menghentikan perjuangan mereka. Dalam pernyataan terakhirnya, militer Yaman menyebutkan bahwa mereka telah menyiapkan strategi untuk memberikan balasan yang setimpal kepada pihak yang melakukan agresi terhadap negara mereka.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan di kawasan, komunitas internasional mulai menyoroti dampak kemanusiaan dari konflik ini. Organisasi kemanusiaan mendesak agar semua pihak menahan diri dan mengutamakan solusi diplomatik untuk mencegah lebih banyak korban sipil yang berjatuhan. Namun, hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa konflik ini akan segera mereda.
Dengan situasi yang semakin memanas, banyak pihak yang khawatir bahwa ketegangan antara Yaman dan Amerika Serikat dapat berkembang menjadi konflik yang lebih luas. Jika eskalasi terus meningkat, bukan tidak mungkin bahwa kawasan Timur Tengah akan kembali menjadi pusat perhatian dunia akibat perang yang berkepanjangan.