
https://www.antaranews.com
Ahli Warta -Pemerintah Indonesia resmi mengambil langkah strategis dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Langkah ini diambil sebagai respons atas peningkatan kasus ASF di berbagai daerah sentra peternakan babi selama satu tahun terakhir. Penyakit yang menyerang babi ini menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan peternakan babi di Indonesia, terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Dalam rapat koordinasi lintas sektor yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, bersama Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin), Sahat M. Pangabean, pembentukan Satgas ini menjadi salah satu pembahasan utama. Rapat yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga ini menyimpulkan bahwa upaya penanganan yang telah dilakukan pemerintah di lapangan selama ini sudah berjalan cukup baik, tetapi perlu percepatan untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Menurut Zulkifli Hasan, tren penularan ASF telah menjangkau beberapa daerah sentra peternakan babi di Indonesia. Saat ini, wilayah Papua, terutama di Nabire dan Timika, menjadi daerah yang paling terdampak. Selain itu, kasus serupa sebelumnya juga sempat ditemukan di Bali, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Namun, langkah penanganan yang telah dilakukan di Bali dinilai cukup berhasil sehingga wilayah tersebut mulai aman dari penyebaran penyakit ini.
Zulkifli menegaskan bahwa ASF bukan penyakit zoonosis, artinya tidak dapat menular dari hewan ke manusia. Namun, dampak penyakit ini pada sektor peternakan babi sangat signifikan. Ribuan babi dilaporkan mati akibat penyakit ini sepanjang tahun, dengan rata-rata kematian mencapai tiga hingga lima ekor per hari. Hal ini berdampak langsung pada ketersediaan daging babi di pasaran, terutama menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, ketika permintaan daging babi cenderung meningkat.
Pembentukan Satgas ini direncanakan rampung sebelum akhir tahun 2024. Satgas akan melibatkan berbagai pihak, termasuk Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Barantin, serta pemerintah daerah. Dengan keterlibatan lintas sektor, pemerintah berharap penanganan penyakit ini dapat dilakukan secara efektif dan menyeluruh.
Selain fokus pada pengendalian penyebaran penyakit, pemerintah juga menaruh perhatian besar pada kondisi peternak babi. Kehilangan ternak dalam jumlah besar tidak hanya memengaruhi perekonomian peternak, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait stabilitas pasokan daging babi di masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendukung para peternak melalui berbagai program yang dapat membantu mereka bangkit dari dampak ASF.
Zulkifli Hasan menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan peternak untuk mempercepat penanganan ASF. Ia juga mendorong keterlibatan aktif semua pihak untuk memastikan bahwa langkah-langkah pengendalian berjalan sesuai rencana. Dalam hal ini, Satgas diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam mengatasi tantangan yang dihadapi sektor peternakan babi.
Di tengah situasi ini, pemerintah juga terus melakukan edukasi kepada peternak mengenai langkah-langkah pencegahan ASF. Upaya seperti peningkatan kebersihan kandang dan pengelolaan limbah ternak menjadi fokus utama untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit. Dengan pendekatan yang komprehensif, pemerintah optimis dapat mengendalikan penyebaran ASF dan melindungi keberlanjutan peternakan babi di Indonesia.
Langkah strategis ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjaga sektor peternakan sebagai bagian penting dari ketahanan pangan nasional. Dengan kerja sama yang solid antara pemerintah, peternak, dan masyarakat, diharapkan penyakit demam babi Afrika tidak lagi menjadi ancaman serius. Satgas Penanggulangan ASF diharapkan mampu menghadirkan solusi konkret yang tidak hanya melindungi peternakan babi, tetapi juga menjaga kestabilan pasokan daging babi di pasaran.
Keputusan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya berfokus pada penanganan jangka pendek, tetapi juga memiliki visi untuk memperkuat sektor peternakan babi dalam jangka panjang. Dengan adanya Satgas, harapannya keberlanjutan industri peternakan babi dapat terjamin, dan kebutuhan masyarakat terhadap daging babi tetap terpenuhi di tengah tantangan yang ada.