
https://www.antaranews.com
Ahli Warta – PT Pertamina, perusahaan minyak dan gas milik negara Indonesia, kembali menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan melalui peluncuran proyek ambisius yang bertujuan mengolah minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) menjadi bahan bakar penerbangan ramah lingkungan. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mendukung transisi energi hijau, sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil, dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri.
Proyek yang dinamakan Green Refinery Cilacap ini dioperasikan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), anak perusahaan Pertamina yang bergerak di bidang pengolahan energi. Dalam proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan PT Gapura Mas Lestari (GML), sebuah perusahaan yang dikenal sebagai eksportir minyak jelantah. Kerja sama ini bertujuan untuk mengolah minyak jelantah dalam jumlah besar dengan kapasitas hingga 6.000 barel per hari, yang nantinya akan diproses menjadi minyak nabati. Minyak nabati ini akan menjadi bahan baku untuk pembuatan bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan.
Proyek ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar 300.000 kiloliter bahan bakar berkelanjutan setiap tahunnya. Dengan hadirnya bahan bakar alternatif ini, diharapkan dapat mengurangi jejak karbon sektor penerbangan yang selama ini bergantung pada bahan bakar fosil. Sebagai tambahan, bahan bakar yang dihasilkan juga diharapkan mampu memenuhi standar emisi rendah yang ditetapkan oleh lembaga internasional, sehingga mendukung upaya global dalam mengurangi perubahan iklim.
Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication PT Pertamina, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam mengembangkan energi terbarukan dan lebih efisien. “Kami berkomitmen untuk terus mengembangkan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Proyek ini merupakan salah satu langkah kami dalam menciptakan energi yang lebih bersih dan efisien,” ujar Fadjar.
Di sisi lain, Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama KPI, menambahkan bahwa Green Refinery Cilacap memiliki manfaat yang lebih luas daripada hanya mengurangi dampak lingkungan. Proyek ini juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat, seperti menciptakan lapangan pekerjaan baru dan mendukung pembangunan lokal. “Proyek ini tidak hanya menyediakan sumber energi alternatif, tetapi juga berperan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan membuka peluang baru bagi pengembangan industri energi berkelanjutan,” kata Taufik.
Taufik juga optimistis bahwa kolaborasi antara semua pihak yang terlibat akan mampu mengatasi tantangan yang ada dan menjadikan proyek ini sebagai contoh sukses bagi pengembangan energi berkelanjutan di Indonesia. Dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks, kolaborasi menjadi kunci untuk menciptakan solusi yang efektif.
Selain itu, proyek pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar penerbangan ini juga memiliki dampak positif terhadap pengelolaan limbah. Minyak jelantah yang selama ini sering kali dibuang atau tidak dimanfaatkan dengan maksimal, kini dapat didaur ulang menjadi sumber energi yang berguna. Ini juga sejalan dengan upaya untuk mengurangi sampah minyak goreng bekas yang dapat mencemari lingkungan.
Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, proyek ini diprediksi akan menjadi model pengembangan energi terbarukan yang dapat diterapkan pada sektor lain di Indonesia. Melalui langkah-langkah inovatif seperti ini, Pertamina dan mitra kerjanya berusaha mewujudkan masa depan yang lebih hijau, di mana energi yang dihasilkan tidak hanya memenuhi kebutuhan industri, tetapi juga menjaga kelestarian bumi untuk generasi mendatang.