
Ahli Warta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bekerja sama dengan World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam upaya menyusun peta jalan penurunan emisi karbon sektor industri. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia di tengah tuntutan global terkait penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Kerja sama ini ditandatangani dalam acara Kick Off The Second Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 pada 18 Desember 2024 di Jakarta.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menjelaskan bahwa nota kesepahaman yang diteken oleh Kemenperin, WRI Indonesia, dan IESR menegaskan komitmen ketiga pihak untuk bekerja sama dalam menyusun kajian terkait dekarbonisasi industri. Kajian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan daya saing sektor industri nasional dalam menghadapi berbagai persyaratan terkait pengurangan emisi, pengungkapan emisi, serta regulasi lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional.
Faisol menambahkan bahwa salah satu tujuan utama dari kolaborasi ini adalah mendukung sektor industri Indonesia agar lebih kompetitif di pasar global, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan dan pencapaian target-target lingkungan yang telah ditetapkan oleh Indonesia. “Melalui kerja sama ini, kami ingin memastikan bahwa sektor industri Indonesia dapat memenuhi berbagai regulasi global terkait pengurangan emisi, serta menciptakan ekosistem industri yang ramah lingkungan,” ujarnya.
Tahun 2024 menjadi tahun yang penting bagi Kemenperin, karena pada tahun ini Pusat Industri Hijau Kemenperin berhasil mencatatkan penurunan emisi GRK sektor proses industri dan penggunaan produk (IPPU) sebanyak 6,92 juta ton CO2. Capaian ini berhasil melampaui target yang ditetapkan dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030, yang merupakan salah satu komitmen Indonesia dalam perjanjian iklim global.
Selain itu, Kemenperin juga berhasil meningkatkan efisiensi biaya industri hijau sebesar 7,31 persen, dibandingkan dengan 6,71 persen pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa sektor industri tidak hanya bergerak menuju ekonomi hijau, tetapi juga lebih efisien dalam operasionalnya. Kemenperin juga mencatatkan pertumbuhan jumlah perusahaan yang tersertifikasi Standar Industri Hijau (SIH) setiap tahunnya. Pada 2024, jumlah perusahaan yang telah tersertifikasi SIH mencapai 146 perusahaan, dengan tambahan 25 perusahaan yang baru menerima sertifikat tersebut.
Sementara itu, Country Director WRI Indonesia, Nirarta Samadhi, mengungkapkan bahwa WRI Indonesia sangat mendukung langkah-langkah yang diambil oleh Kemenperin. Menurutnya, WRI Indonesia telah berperan aktif dalam menyusun peta jalan dekarbonisasi untuk 9 subsektor industri. Ia juga menegaskan komitmennya untuk terus memberikan rekomendasi terkait perbaikan tata kelola dekarbonisasi, guna menciptakan ekosistem industri hijau yang lebih tangguh. “WRI Indonesia siap mendukung Kemenperin dalam memberikan rekomendasi terkait tata kelola dekarbonisasi, untuk membantu Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi rendah karbon,” kata Nirarta.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyatakan bahwa kolaborasi antara Kemenperin, WRI Indonesia, dan IESR sangat penting untuk mempercepat transformasi industri menuju ekonomi hijau. Fabby menjelaskan bahwa dekarbonisasi industri bukan hanya tantangan besar, tetapi juga peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara dalam industri rendah karbon. “IESR berkomitmen untuk mendukung kajian, pendampingan, dan kebijakan yang dapat membantu industri beradaptasi dengan standar keberlanjutan global,” ujar Fabby.
Kerja sama ini mencerminkan langkah nyata Indonesia dalam mewujudkan industri yang lebih ramah lingkungan. Dekarbonisasi sektor industri menjadi salah satu kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus memenuhi tanggung jawab Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan adanya kolaborasi antara Kemenperin, WRI Indonesia, dan IESR, sektor industri Indonesia diharapkan dapat bertransformasi menjadi lebih efisien, berkelanjutan, dan siap bersaing di pasar global.