
https://www.antaranews.com
Ahli Warta – Sebuah insiden tragis mengguncang Bali Zoo, yang terletak di Kabupaten Gianyar, Bali, pada Senin (16/12) sore. Gajah Sumatera bernama Molly, yang sudah menjadi koleksi Bali Zoo sejak 2013, ditemukan meninggal dunia setelah terseret arus deras Sungai Cengceng. Kejadian ini menjadi perhatian khusus karena merupakan pertama kalinya sebuah lembaga konservasi di Indonesia mengalami insiden yang melibatkan gajah dewasa.
Menurut keterangan Kepala Hubungan Masyarakat Bali Zoo, Emma Kristiana Chandra, peristiwa tersebut berlangsung sekitar pukul 15.30 WITA. Pada saat itu, Molly yang berusia 45 tahun sedang diberikan waktu untuk bermain dan beraktivitas di luar kandangnya bersama gajah lainnya, Tina. Kedua gajah tersebut sedang menjalani stimulasi mental dan fisik dengan pengawasan dua pawang yang menemani mereka. Setelah sesi bermain air berakhir, keduanya berniat menyeberangi sungai untuk kembali ke area kandang. Tina berhasil menyeberangi sungai dengan aman, namun nasib tragis menimpa Molly saat giliran menyeberang tiba.
“Molly hampir sampai di tepi sungai, namun tiba-tiba ia terdiam. Arus sungai yang begitu deras langsung menghantam tubuhnya dan ia terseret begitu saja. Pawang kami berusaha mengejar, namun arus yang kuat membuat mereka tak mampu menyelamatkannya,” ujar Emma dengan suara penuh kesedihan. Saat itu, cuaca di Bali tengah diguyur hujan lebat sepanjang hari, yang memperburuk kondisi aliran sungai yang sudah sangat kuat.
Segera setelah kejadian, tim dari Bali Zoo, BKSDA Bali, serta masyarakat setempat melakukan pencarian intensif. Setelah pencarian yang berlangsung hampir 15 jam, pada pukul 06.30 WITA keesokan harinya, tubuh Molly ditemukan sekitar 2,8 kilometer dari lokasi awal kejadian, di pinggir Sungai Wos yang terletak di kawasan lembaga konservasi tersebut.
Jenazah Molly ditemukan tergeletak di dasar sungai yang berbatu, dan air sungai yang sudah surut memperlihatkan tubuhnya yang besar dan berat. Untuk mencegah tubuh gajah tersebut terbawa arus kembali, pihak Bali Zoo segera mengikat tubuhnya dengan tali rantai dan menempelkannya pada pohon-pohon di tebing sungai. Jenazah Molly yang diperkirakan memiliki berat sekitar 2,5 ton itu kemudian ditutupi kain terpal berwarna biru.
Pihak pengelola Bali Zoo memperkirakan bahwa tubuh Molly akan mengalami pembengkakan akibat proses pembusukan dan penyerapan air, yang bisa menambah beratnya hingga satu ton. Hal ini tentunya memperumit proses evakuasi yang memerlukan kerja keras. Jika berhasil dievakuasi, Bali Zoo berencana untuk memakamkan Molly di area konservasi yang sama, sebagai penghormatan terakhir bagi gajah yang telah menghibur banyak pengunjung.
Kepala BKSDA Bali, Ratna Hendratmoko, menyatakan bahwa insiden ini adalah yang pertama kalinya terjadi di lembaga konservasi di Indonesia. Biasanya, kejadian serupa hanya terjadi pada bayi gajah yang terseret arus di alam liar. “Peristiwa ini adalah yang pertama kali terjadi pada gajah dewasa di lembaga konservasi,” ucapnya, menambahkan rasa keprihatinan atas kehilangan ini.
Saat ini, Bali Zoo memiliki 14 gajah, terdiri dari empat jantan dan sepuluh betina. Molly, yang datang ke Bali Zoo pada 2013 dari BKSDA Jawa Tengah, dikenal sebagai gajah yang ramah dan sangat dekat dengan para pengunjung serta staf di Bali Zoo. Kepergian Molly meninggalkan kesedihan mendalam bagi semua pihak yang mengenalnya.
Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan dan keselamatan hewan-hewan di lembaga konservasi. Meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, bencana alam yang tak terduga, seperti hujan lebat dan arus sungai yang sangat kuat, dapat berakibat fatal. Bali Zoo dan pihak berwenang berkomitmen untuk terus bekerja keras untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa depan serta menjaga kesejahteraan semua hewan yang ada di sana.