
Sumber: antaranews.com
Ahli Warta – Pesawat angkut nirawak TP1000 yang dikembangkan secara mandiri oleh China berhasil menyelesaikan uji terbang perdananya di Provinsi Shandong, China timur. Keberhasilan ini menandai langkah maju dalam pengembangan teknologi drone kargo kelas berat yang diharapkan memiliki banyak aplikasi di berbagai sektor.
Pesawat tanpa awak ini dirancang dan diproduksi oleh Yi-Tong UAV System Co., Ltd., sebuah perusahaan yang berbasis di Yantai, Provinsi Shandong. Pada Sabtu (15/3), TP1000 berhasil mengudara selama 26 menit di sebuah bandara di Shandong. Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh Science and Technology Daily pada Senin (17/3), performa pesawat tersebut menunjukkan stabilitas yang sangat baik, membuktikan keandalan serta desainnya yang telah diuji secara mendalam.
Keberhasilan penerbangan ini dianggap sebagai pencapaian penting bagi China dalam pengembangan sistem penerbangan nirawak berkapasitas besar. TP1000 merupakan drone kargo bersertifikasi sipil yang dikembangkan sesuai dengan standar kelaikan udara penerbangan di China. Pesawat ini memiliki kapasitas angkut hingga 1.000 kilogram dan dapat menempuh jarak maksimal 1.000 kilometer dengan muatan penuh. Selain itu, ruang kargonya yang berkapasitas 7 meter kubik dirancang untuk mengakomodasi berbagai jenis barang.
Memiliki bobot lepas landas sekitar 3,3 ton, TP1000 dilengkapi dengan mesin ganda yang dirancang secara modular serta sistem kendali penerbangan multi-redundan yang dikembangkan secara independen. Teknologi ini menjadikannya unggul dalam aspek daya tahan, kapasitas muatan, serta efisiensi biaya operasional.
Salah satu fitur utama TP1000 adalah adanya pintu kargo belakang berukuran besar yang memungkinkan pesawat ini melakukan airdrop secara cerdas. Fitur ini sangat berguna dalam pengiriman logistik maupun operasi penyelamatan darurat di berbagai kondisi. Keberadaan TP1000 juga mendukung strategi nasional China dalam mengembangkan ekonomi ketinggian rendah yang saat ini tengah dicanangkan sebagai sektor pertumbuhan utama di negara tersebut.
Jin Ge, manajer umum Yi-Tong UAV System Co., Ltd., menjelaskan bahwa selain fungsi utamanya sebagai pesawat kargo, TP1000 juga dapat dengan mudah dimodifikasi sesuai kebutuhan pelanggan. Menurutnya, pesawat ini dapat digunakan untuk pemantauan kelautan, eksplorasi ilmiah, pengembangan sumber daya alam, hingga proyek infrastruktur regional. Keunggulan performa penerbangan, daya angkut besar, serta efisiensi biaya operasional menjadi faktor utama yang membuat pesawat ini memiliki potensi besar di berbagai industri.
Yi-Tong menargetkan sertifikasi kelaikan udara TP1000 akan diperoleh pada akhir 2025. Setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas terkait, pesawat ini diproyeksikan mulai beroperasi secara komersial pada 2026. Jin menyatakan bahwa keberhasilan penerbangan TP1000 memperkaya portofolio produk perusahaan yang berfokus pada pengembangan drone bersayap tetap serta drone bersayap komposit dengan kemampuan lepas landas vertikal.
Selain TP1000, Yi-Tong juga mengembangkan TP500, sebuah drone bersayap tetap dengan kapasitas muatan 500 kilogram yang telah menyelesaikan uji coba desain baru pada Februari 2025. Saat ini, TP500 sedang dalam tahap sertifikasi lanjutan. Sementara itu, TR100, model lain dengan kapasitas muatan 150 kilogram, sudah memasuki tahap uji operasi.
Jin menjelaskan bahwa dibandingkan dengan TP500 yang hanya mampu mengangkut 500 kilogram dengan jangkauan 500 kilometer, TP1000 menawarkan daya angkut lebih besar dan jarak tempuh lebih jauh. Dengan keberadaan kedua model ini, kebutuhan pasar terhadap logistik ketinggian rendah dapat terpenuhi dengan lebih baik. Perusahaan juga telah menerima pesanan sebanyak 30 unit TP1000 dari berbagai klien, termasuk perusahaan ekspedisi ZTO Express.
Kawasan Baru Huang-Bohai Yantai telah berkembang menjadi pusat utama penelitian, pengembangan, serta produksi drone di China. Area ini menjadi rumah bagi berbagai perusahaan dan lembaga penelitian yang bergerak di bidang pembuatan pesawat nirawak, produksi komponen inti, serta integrasi teknologi udara, darat, dan laut.
Yi-Tong sendiri telah membangun fasilitas produksi seluas 4.000 meter persegi di kawasan tersebut, dengan rencana ekspansi berupa taman industri UAV seluas lebih dari 20.000 meter persegi. Jin menegaskan bahwa pada akhir 2025, perusahaan menargetkan kapasitas produksi tahunan mencapai 100 unit drone berukuran besar. Selain itu, perusahaan juga berupaya mengembangkan ekosistem industri UAV dengan menggandeng berbagai mitra di sektor hulu dan hilir. Dengan langkah ini, Yantai diharapkan dapat berkembang menjadi pusat industri UAV berskala nasional.
Keberhasilan penerbangan TP1000 semakin memperkuat posisi China dalam industri drone global. Dengan teknologi yang terus berkembang serta dukungan infrastruktur yang kuat, pesawat nirawak ini memiliki potensi besar untuk merevolusi sektor logistik dan penerbangan tanpa awak di masa depan.